Selasa, 24 November 2015

Peran umat beragama membangun perdamaian di Maluku


     Pola keberagamaan kita cenderung simbolis dan
formalistic. Akibatnya keberagaman menjadi gersang dari nilai-nilai rerigius sebagai contoh banyak orang lahiriah kelihatan beragama tetapi selalu melakukan yang melanggar ketentuan agama.Maluku negeri seribu pulau punya bnayak sebutan, bangsa Eropa menyebutnya The Molukas yang artinya sederhana adalah kerang laut.
Dinamakan The Molukas karena sejak dulu Maluku dikenal sebagai surga kerang laut. Juga sebagai penghasil mutiara bermutu.Bangsa Eropa yang pertama kalu datang ke Maluku, Portugis menjulukinya sebagai pulai Harapan Dewa. Boleh jadi julukan itu sebagai pengakuan terhadap kekayaan yang berlimpah ruah yang dimilikinya terutama, rembah-rempah ( cengkeh dan pala)Kemudian bangsa Arab menamai Maluku sebagai Jasirah Al-Mamlakatul Mulukiah (tanah raja-raja) dinukilkan oleh ibnu kaldum dalam sebuah karya spektakuler yang berjudul Mukkadimah. Ini karena di beberapa daerah di Maluku diperintah oleh raja-raja. Negeri ini memiliki sejarah raja-raja ynag cukup panjang.Berdasarkan literatur sejarah, nama Maluku itu sendiri pertama kali muncul saat terjadi persekutuan Geo Sosial antara 4 kerajaan besar di kalah yaitu Jailolo ( Halmahera ), Ternate, Tidore dan Bacan ( namanya Moluko Kie Raha pada awal tahun masehi).
     Maluku juga bisa dikatakan sebagai The Blessing Island, negeri yang diberkati Tuhan sebagai tanah penuh harapan.Sejak dulu, nenek moyang Maluku diyakini telah memiliki pranata sosial budaya yang cukup baik, yang disebut Pela Gandong yang bercorak sosio genealogis serta pranata budaya siwalima sebagai model konsensul sosial politik antara kelompok patasiwa (kelompok Sembilan, dan patalima (kelompok lima ).Disebut model consensus sosial politik sebab kedua kelompok ini pada dasarnya bersaudara walau ada kalanya terjadi antagonisme antara keduanya. Namun Siwalima sebagai model consensus (seperti halnya terlembaga Pila Dama, Pela dan Gandong ) membangun rasa kebersamaan, sehingga hubungan yang sering menegang justru menjadi rukun. Itulah yang dalam perjalanan sejarah kemudian, disebut dengan kehidupan yang bersemangat Siwalima.
     Dengan dilandasi oleh semangat Siwalima ini, terciptalah kerukunan antara umat beragama yang hidup berdampingan dalam persaudaraan dan kasih sayang selama ratusan tahun. Tidak berlebihan kalau Mantan Menteri Agama Tarmizi Taher, pernah mengatakan Kalau mau melihat kerukunan hidup antara umat beragama, maka datanglah ke Maluku.
     Namun tahun 1999, terjadi sebuah fakta yang sungguh tragis dan ironis. Masyarakat yang selama ini dikenal kondusif, toleran, agamis, hidup berdampingan dalam persaudaraan dan kasih sayang, tapi tiba-tiba saja menjadi kalap dan saling membunuh antar sesama saudaranya sendiri. celakanya, kerusuhan itu berlangsung bukan sehari, tapi berlangsung hampir setiap hari selama hampir 3 tahun.Maluku benar-benar membara, siapa saja bisa tersabung dan menjadi korban kerusuhan bena-benar di luar akal sehat dan diluar nurani anak manusia, semagat persatuan Siwalima dan pranata persatuan sosial cultural pela gandong yang selama ini menjadi jiwa dan perekat kehidupan bermyarakat, tercabik berkeping-keping. Sendi-sendi kehidupan Maluku terkoyak hingga tidak nadir.
     Semuanya runtuh dalam sekejap yang tersisa hanaylah penyesalan. Yang tertinggal hanyalah suatu ratapan sebuah kenestapaan di tenagh keterpurukan Maluku.Beruntunglah masyarakat Maluku kemudian sadar bahwa kerusuhan hanya berbuah ke sia-siaan. Menang jadi arang, menang jadi debuh. Sama-sama menuai kehancuran dan kenestapaan belaka meskipun rasa sesal kemudian itu tiada guna tapi Maluku telah hancur masih membersihkan secercah harapan.
     Dengan rasa penyesalan yang mendalam semua kelompok masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh perempuan bersama pemerin tah akhinya berirkar untuk sama-sama menyelesaikan kerusuhan berdara yang berlarut-larut.Merekapun saling berangkulan menitihkan air mata sambil bergandeng tangan (baku pegang tangan) dalam semangat kebersamaan dan persaudaraan (orang basudara) berirkar untuk membangun Maluku, negeri harapan yang begitu kaya akan berkah Tuhan.

10 komentar:

  1. Sebenarnya di Indonesia masih banyak lagi daerah-daerah yang perdamaian beragamanya sangatlah terasa selain Maluku, salah satunya Bali. Bali justru jadi contoh dunia

    BalasHapus
  2. jika semua warga indonesia seperti warga maluku ini tentunya seluruh wilayah di Indo akan selalu terjaga kedamaiannya

    BalasHapus
  3. akhir2 ini dah sulit banget nemuin yang namanya perdamaian beragama , dimana2 isinya konflik. sedih saya sebenarnya melihat situasi yang spt ini

    BalasHapus
  4. Bukan hanya peran lingkungan tetapi jika dj
    Unia sudah mulai aktid dan saling mendukung biscaya semua negara akan aman dan tentram

    BalasHapus
  5. Bukan hanya peran lingkungan tetapi jika dj
    Unia sudah mulai aktid dan saling mendukung biscaya semua negara akan aman dan tentram

    BalasHapus
  6. dimana mana banyak konflik yang mengatas namakan agama dan saya sangat sedih jika mendegar berita tersebut

    BalasHapus
  7. padahal dari dulu sudah sering konflik antar agama,tetapi dapat terselesaikan. kenapa jaman sekarang konflik beda agama muncul kembali dan sulit untuk terselesaikan

    BalasHapus
  8. Kasus di Maluku seharusnya bisa menjadi contoh kasus beda agama jaman sekarang

    BalasHapus
  9. Bagus sekali jika masyarakat sekarang melihat kasus beberapa tahun yg lalu sebagai contoh yang baik

    BalasHapus
  10. Banyak sebenarnya kasus beda agama yang dapat terselesaikan dengan cara toleransi. Patut untuk dicontoh

    BalasHapus